Perangkat Lunak Pendamping Penyintas Depresi Realtime Berbasis Web

Lidia, siswi kelas XI MIPA 3 memiliki gambaran passion dalam memperlakukan calon kliennya, 8 Juni 2019. Ekspresi yang muncul adalah slogan perusahaan pengiriman paket yang sedang tuned.

Selama diskusi dan kesempatan berwawancara dengan para siswa SMARP peminat penelitan lomba, ekspektasi alumni dan para guru pembimbing adalah terjaringnya ide-ide kontroversial di bidang biologi, kimia, fisika atau sosial ekonomi dan teknologi. Jadi saat Lidia datang menghadap lalu bilang : “Saya ingin membangun aplikasi online utk mencegah orang berniat bunuh diri”, maka yg ada adalah keheningan beberapa jenak utk menafsirkan motivasi sesungguhnya seorang gadis lembut yg terkesan sebagai anak mama yg apik terurus ini. Sudah urgenkah domain bunuh diri, depresi dan kejiwaan menjadi ranah partisipasi siswa SMA ?

Kemudian Lidia dengan fasihnya menyampaikan bahwa percobaan bunuh diri di dunia lebih sering dilakukan oleh remaja dan wanita. Tercatat ada sekitar 10 hingga 20 juta kasus percobaan bunuh diri yg gagal setiap tahunnya. Lidia pun sampaikan bahwa data Wikipedia menyebutkan sekitar 800 ribu hingga 1 juta orang meninggal karena bunuh diri setiap tahun, sehingga bunuh diri menduduki posisi ke-10 sebagai penyebab kematian terbesar di dunia.

Lidia serius. Baiklah. Lalu sejauh mana karya yg akan dibuatnya ?

Lidia terlihat sangat termotivasi. Tugas kami selanjutnya adalah mencarikan sosok yg bisa membimbing dan mengarahkannya. Tidak ada satupun guru dan alumni yg berpartisipasi pada Hearing Alumni bulan April lalu yang menguasai bidang kejiwaan ini. Maka kontak antar alumnipun dilakukan, hingga tidak jauh-jauh didapatlah kesediaan Yanti Chiqi Oedoyo, psikolog alumni SMARP ’83 yg secara spesifik memiliki pengalaman menjalankan kegiatan pendampingan online bagi penderita depresi dengan risiko bunuh diri. Walaupun layanan online yang diselenggarakan saat itu adalah via telepon, Yanti sudah memiliki pattern atas perilaku penderita dan corak pendekatan yg diperlukannya. Lebih jauh lagi, alumni psikologi UI ini juga menekankan pada Lidia tentang pentingnya menerapkan teknik-teknik komunikasi persuasif untuk mempertahankan jarak dengan klien depresi.

Wujud karya Lidia ini lebih bersifat sebagai produk teknologi. Oleh karena itu Lidia kami dorong untuk mengikutsertakan karyanya pada ajang National Young Inventors Award – LIPI 2019. Ajang ini lebih menekankan penilainan pada proses pengembangan produknya. Sehingga bimbingan pada aspek IT Produk Development & Design bagi Lidia juga menjadi sangat penting.

Logo dan brand komersialnya sudah dikhayal-khayalkan untuk lebih memotivasi dan fokus. Merek STRescape adalah ciptaan kami bersama yg secara sederhana bermakna ‘teman utk meninggalkan stres’. Tentu aspek legalitas merek yg sesungguhnya belum perlu utk diurus. Lidia ingin aplikasi ini mampu menangani para klien dgn sentuhan yg pas, seapik sentuhan mengirim paket barang yg mudah pecah, tanpa cacat. Fragile but not vulnerable. Targetnya, sebelum deadline lomba tanggal 1 Agustus 2019 yad, versi beta dari aplikasinya sudah tayang di Google Play.

Maju terus Lidia.

Sumber: Facebook

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *