Sejak kecil, saat terluka, kita selalu dininabobokan orang tua kita dengan pemberian plester luka seperti TE*SOPLAST atau HA*DIPLAST. Rasanya tenang kalau ortu sudah menutup luka kita dengan benda-benda itu. Plester luka tersebut tidak lain adalah plester yang mengandung bahan antiseptik. Walaupun kadarnya blm menjamin tingkat kesterilan yang dicapai, tapi sebagai anak kecil kita merasa tenang dan merasa 99% sudah sembuh jika sudah ketempelan plester-plester tersebut. Padahal antiseptik hanya membersihkan, tidak merapatkan luka.
Tanpa dipahaminya, sejak kecil Maureen mendapat perlakukan lain dari keluarganya saat dirinya dan saudara-saudaranya terluka. Seorang tantenya rupanya masih membawa tradisi Minang di rumahnya dengan selalu membalurkan kulit yang terluka dengan tumbukan daun Jarak Tintir. Fenomena ini menarik Maureen, sehingga saat menerima tantangan Alumni untuk ajukan usulan penelitian, Maureen mengajak sahabat sekelasnya Vivian untuk mengangkat fenomena Jarak Tintir ini menjadi topik Lomba Penelitian. Hitung-hitung sekaligus mendalami kekayaan herbal Nusantara. Penggunaan daun Jarak Tintir untuk mengobati luka memang diketahui merupakan tradisi turun-temurun yang terpelihara di kalangan masyarakat Sumatera Barat.
Dari referensi, mereka mendapatkan bahwa zat aktif yang terkandung di dalam ekstrak daun Jarak Tintir (Jatropha multifida L) berperan bukan semata sebagai antiseptik, tapi juga memicu regenerasi pertumbuhan sel kulit. Jadi saat dipakai untuk mengobati luka, tumbukan jarak tintir memberi efek merapatkan kulit lebih cepat daripada jika luka hanya diolesi cairan antiseptik. Ekstrak daun Jarak Tintir terbukti mempercepat penyembuhan luka pada fase inflamasi dan prolifferasi (Kompas, 21 Agustus 2014. Hal 13). Kedua fase ini merupakan fase-fase penting dalam proses pemulihan luka (Moya J. Morison, 2004). Daun Jarak Tintir mengandung beberapa zat yang dapat mempercepat proses regenerasi, seperti multifolone, multifidone, multidione, labaditin, biobellein, dan multifidol. Tidak hanya sampai di sini, pada daun Jarak Tintir juga terdapat getah yang mengandung senyawa alkaloid dan jatrophine yang akan menghentikan pendarahan dan mengeringkan luka dengan cepat. Getah Jarak Tintir juga mengandung flavonoid dan saponin yang memiliki sifat anti-jamur, anti-bakteri, serta anti-virus (Sabbath, 2017).
Lebih jauh lagi, sikap eksploratif kedua gadis ini mendorong mereka untuk juga berpikir : bagaimana jika potensi ekstrak daun Jarak Tintir ini diolah dan diproses menjadi plester luka yang mampu membawa kebaikan alam untuk mempercepat penutupan luka ? Untuk itu proses ekstraksi zat-zat berkhasiat yang terkandung pada daun Jarak Tintir menjadi penting untuk mereka pahami. Setelah itu mencari tahu tentang bahan-bahan media penempel plester harus mereka lakukan, sejalan dengan kemungkinan diperlukannya zat-zat aditif lain untuk menjamin kestabilan unsur-unsur yang dikemas. Prosesnya kemudian akan mereka kembangkan dalam skala lab hingga produknya bisa didemonstrasikan.
Usulan penelitian ini telah lolos tahap seleksi pertama di ajang Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia Kemendikbud 2019.
Sumber: Facebook