SMA Regina Pacis Ingin Senantiasa Menjadi Ibu yang Baik

Kami merasa bahagia masih dipercaya oleh masyarakat Kota Bogor untuk mendidik putra-putrinya selama lima puluh tahun,” kata Suster Cecilia Hartati FMM SPd, Direktur Sekolah Regina Pacis, didampingi Sr Elisabeth Sriwiyati FMM, Ketua Yayasan Regina Pacis FMM. Sr Cecilia Hartati FMM mengemukakan hal itu menjawab pertanyaan Kompas, Rabu (27/7) petang, tentang kepercayaan sejumlah warga Kota Bogor yang selama 50 tahun memercayakan pendidikan putra-putrinya di Sekolah Menengah Atas (SMA) Regina Pacis (RP) yang terletak di Jalan Pengadilan setempat.

Ini berkat campur tangan Tuhan dalam membimbing kami melakukan pelayanan kepada sesamanya melalui dunia pendidikan yang telah dirintis oleh pendahulu kami sejak 50 tahun yang lalu. Karena itu, kami senantiasa berupaya menjadi Ibu sebaik mungkin atas kepercayaan warga Kota Bogor yang menitipkan putra-putrinya kepada kami untuk dididik dengan baik, tambah Elisabeth.Sekolah Regina Pacis memiliki visi dan misi yang jelas arahnya untuk 10 tahun ke depan. Visi dan misi Sekolah Regina Pacis yang menjadi landasan untuk berkarya itu akan menjadi ciri khas sekolah yang tak dipunyai sekolah lain.Baik Sr Cecilia Hartati maupun Sr Elisabeth Sriwiyati menepis anggapan bahwa SMA RP adalah sekolahnya orang-orang berada, yang anak-anaknya dijemput dengan mobil pribadi atau kendaraan antar jemput.Anggapan itu tidak benar, pelajar SLTP yang lolos masuk menjadi siswa SMA RP ada juga yang berasal dari anak tukang becak, sopir angkot, dan karyawan honorer. Mereka tetap kami kenakan bayaran sekolah, tak ada yang digratiskan, agar mereka juga mempunyai harga diri, kata Sr Cecilia seraya menambahkan, setinggi-tingginya uang sekolah di SMA RP tidak sebesar seperti di sekolah-sekolah tertentu di Kota/Kabupaten Bogor yang hanya bisa dinikmati oleh golongan tertentu.Cecilia juga menyebutkan, SMA RP merupakan lembaga pendidikan yang mendidik siswanya dengan nuansa Katolik, namun tidak menjadikan siswanya yang non-Katolik menjadi Katolik.

Adapun jumlah pelajar yang non-Muslim dan Muslim boleh dibilang berimbang.Setiap hari Jumat, bagi pelajar yang Muslim, pulang pukul 11.00, sedangkan yang Katolik mengikuti pendidikan pembinaan iman.Adapun dana untuk penyelenggaraan sekolah Regina Pacis dari TK sampai SMA, menurut Sr Elizabeth, diusahakan secara mandiri, tak ada bantuan dari pihak lain.Bantuan untuk membangun gedung yang baru atau merenovasi, ya hanya dari orangtua murid saja tiap awal tahun ajaran bila diperlukan, lalu kami tabung dulu. Setelah dana cukup, kegiatan renovasi atau membangun gedung baru kami lakukan, kata Sr Elizabeth.Kepala SMA RP, Drs Dwi Sunu Subroto, mengatakan, tahun ajaran 2004/2005 jumlah siswa SMA RP sekitar 800 orang dengan ruang kelas sebanyak 21.

Sementara jumlah tenaga pengajar mencapai 49, dari sejumlah itu tenaga tetapnya sebanyak 28 orang.SMA RP mampu mempertahankan prestasinya dari tahun ke tahun, menurut Sunu, selain dukungan dari masyarakat yang memercayakan putra-putrinya untuk dididik, juga para pendidiknya tetap konsisten melakukan tugasnya masing-masing.SMA RP memiliki laboratorium untuk praktikum Fisika, Biologi, maupun Kimia, lengkap dengan peralatan yang menunjang kegiatan praktiknya, dan juga memiliki perpustakaan sekolah dengan koleksi yang memadai. Pelajar SMA RP setiap tahun kelulusannya boleh dibilang dapat dibanggakan.Tahun ini, salah seorang siswanya, yakni Michael Adrian, meraih medali emas dalam Olimpiade Fisika Asia Ke-6 di Pekanbaru dan meraih medali perunggu pada Olimpiade International Fisika XXXVI di Spanyol. Prestasi Michael menyusul kakak kelasnya, Bernard Ricardo, yang tahun 2003 juga meraih medali emas pada Olimpiade Fisika Asia Ke-4 di Thailand.Tahun 1980-an pamor SMA RP kesohor karena prestasinya di bidang Karya Ilmiah Remaja.

Sementara itu, mantan Kepala Sekolah SMA RP, Dr Ir AJ Rajino, mengharapkan SMA RP jangan statis. Bila SMA RP ingin tetap berprestasi baik, jangan statis. Harus mau bersikap progresif dinamis, artinya mengikuti perkembangan zaman. Sekarang zaman teknologi makin canggih.SMA RP harus bisa menanamkan minat para siswa ke arah perkembangan zaman. Harus mulai dari sekarang, jangan menunggu peraturan pemerintah. Harus berani mulai.

Di samping itu, terutama mata ajaran yang ditanamkan kepada siswa harus mendorong mereka untuk menggemari perkembangan teknologi. Anak-anak jangan dibekali PR melulu, yang sangat membebani mereka. Dan PR itu kan hanya karena ketakutan kalau tidak bisa menyelesaikan kurikulum dari Dinas Pendidikan. Itu salah, pesan AJ Rajino.Reuni akbarSabtu dan Minggu (30-31/7) ini, alumni putra-putri Regina Pacis yang berasal dari seluruh angkatan, mulai dari angkatan pertama tahun 1958 sampai yang terakhir, 2004/2005, berdatangan untuk mengikuti acara pesta emas almamaternya Regina Pacis, yang artinya Sang Ratu Damai.Mereka sekaligus melakukan reuni akbar.

Mereka yang jenderal pensiunan dan masih aktif, guru besar pensiunan dan yang masih aktif, pengusaha , eksekutif muda, selebritis, presenter, dokter, pakar dari berbagai disiplin ilmu, dosen, budayawan, wartawan, dan lainnya akan saling berjumpa setelah lama tak bertemu.Pimpinan Yayasan, direktur, dan kepala sekolah, serta guru- guru SMA RP merasa bangga atas keakraban dan rasa persaudaraan di kalangan alumni yang selama ini telah terjalin akrab.Bila di masa sekolah dulu rasa persaudaraan antarmereka tak tertanam, keakraban tak akan terjadi. Saya sangat merasakan betapa rasa persaudaraan antar- alumni itu, kata Sr Elizabeth.Elizabeth juga merasa bangga atas rasa kekeluargaan yang melekat antar-alumni dan juga terhadap sejumlah mantan guru masing-masing. (FX Puniman). *Dari Harian Kompas menyambut 50 tahun Sekolah Regina Pacis Bogor

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *