“Membangun Karakter Anak Bangsa Berlandaskan Spritualitas FMM”

Acara Seminar dan Misa ini berlangsung hari Kamis, 16 November 2017 di Aula SMA Regina Pacis Bogor. Hadir para Kepala sekolah, para Guru/karyawan, serta para suster FMM. Acara yang berlangsung pkl. 07.30-12.00 ini di fasilitasi oleh 2 Nara sumber yaitu Bapak T. Adi Susila dan Pastor Darmin Mbula, OFM. Kegiatan dilaksakan untuk merayakan Ulang Tahun ke-113 Hidup Baru Beata Marie de la Passion, Ibu Pendiri FMM.

Sesi awal tentang Spiritualitas FMM oleh T. Adi Susila menjelaskan bahwa spirit FMM yang harus diimplementasikan dalam visi misi dan semboyan sekolah sejak berdiri yakni “Ad Veritatem per Caritatem” yang artinya menuju kebenaran melalui cinta kasih. Dalam perspektif veritatem atau kebenaran, kita sebagai warga sekolah Regina Pacis harus selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dan hidup dalam kebenaran. Selain menjunjung kebenaran dalam kehidupan, kita juga harus mengamalkan perspektif caritatem atau cinta kasih sebagai wujud dari kelembutan dan keakraban. Demikian paparan Pak Adi yang telah purna tugas dari Penerbit Kanisius Yogyakarta.

Bapak Adi Susila menerangkan bahwa semboyan FMM yang dianut oleh sekolah Regina Pacis memiliki 5 Nilai utama yakni Integrity (Integritas), Peace (Damai),Servant-Leadership (kepemimpinan yang melayani), Compassion, Humility. Penerapan lima nilai utama yang terkandung dalam semboyan FMM ini harus mengikuti perkembangan jaman dan pengalaman yang sudah dialami oleh individu, khususnya peserta didik itu sendiri. Itulah kunci utama pendidik agar pembangunan karakter yang kuat bisa terwujud, penjelasan ini menutup sesi spiritualitas FMM.

Selanjutnya adalah Pembangunan Karakter Bangsa dengan Semangat Spritualitas FMM oleh Pastor Darmin, OFM. Beliau menjelaskan bahwa kondisi bangsa dewasa ini sedang mengalami krisis dalam berbagai bidang, mulai dari bidang hukum, moral, kemanusiaan, ekonomi, dll. Krisis-krisis ini, lambat laun hadir dan bisa menjadi bagian dari keseharian kita. Krisis yang harus dihadapi dunia pendidikan saat ini adalah krisis kemanusiaan. Banyak fenomena-fenomena keseharian khususnya kehidupan generasi milenial, yang masuk dalam kategori krisis kemanusiaan. Hal ini perlu menjadi perhatian para pendidik, agar mampu mendidik para peserta didikmenjadi “manusia”, yang mempunyai harkat dan martabat yang setara atau sama, dan bisa menghargai sesamanya.

Mengikuti perkembangan zaman sekarang ini, Paus Fransiskus mengeluarkan sebuah dokumen pedoman para pendidik di sekolah-sekolah katolik dalam mendidik murid-muridnya. Dokumen tersebut berjudul ”Fraternal Humanism”. Dalam dokumen ini, diuraikan tentang model sosio-etika yang dikembangkan oleh Gereja Katholik, bertujuan untuk menciptakan perdamaian dan keadilan, serta menumbuhkan solidaritas yang merupakan ciri khas dari kemanusiaan.

Dalam perkembangan abad 21, keterampilan generasi milenial pun dikategorikan memiliki sifat sifat yang khas antara lain berpikir kritis, kreatif, komunikatif, kolaboratif. Dari keempat ciri tersebut, pendidik di sekolah-sekolah katolik diharapkan bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan yang sudah terjadi. Demikian penjelasan Pastor yang ahli di bidang kurikulum ini.

Selanjutnya Pastor Darmin juga menjelaskan bahwa pendidikan yang efektif adalah pendidikan yang memiliki cara pandang dan pola pikir baru tentang “manusia” dimana tujuan akhirnya adalah peserta didik, yang mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah katholik bisa menjadi “manusia” yang sebenarnya jika sudah dinyatakan lulus oleh sekolah. Dalam dokumen tersebut juga dituliskan acuan yang bisa dijadikan patokan oleh para tenaga pendidik untuk bisa mendidik peserta didik menjadi seorang “manusia”.

Acuan tersebut berisi 7 nilai pendidikan karakter dalam kurikulum (curicullum of excelent) yakni terarah kepada nilai baik/bijak, membentuk sikap, nilai, dan kemampuan untuk bisa memaknai pembentukan kehendak, pendidikan harus berlangsung dalam suasana moral, kurikulum diciptakan untuk pembentukan pribadi cerdas dan berkarakter. Pendidik berperan dalam pembentukan karakter. Karakter dibentuk dari internalisasi nilai-nilai lokal yang diajarkan kepada peserta didik, kurikulum didesain untuk pengajaran ilmu dan keterampilan dimana keduanya harus berjalan secara bersama sama.

Diakhir pembicaraannya, Pastor Darmin yang mengajak para guru yang didukung karyawan di lingkungan Sekolah Regina Pacis Bogor bahu membahu dan saling membantu membentuk karakter peserta didik agar bisa memiliki karakter dan menjadi “manusia” yang seutuhnya untuk bangsa dan negara. (PKW)