Orangtua adalah sosok yang paling sering menimbulkan trauma pada anak bukan karena mereka selalu berniat buruk, tetapi karena mereka adalah figur paling dekat, paling berpengaruh, dan paling diandalkan anak dalam masa pertumbuhan.
- Orangtua adalah Sumber Keamanan Utama
Anak kecil belum bisa bertahan hidup sendiri—secara naluriah, mereka menggantung kan rasa aman pada orangtuanya. Ketika orangtua:
- Memukul
- Mengabaikan
- Mengkritik terus-menerus
- Tidak hadir secara emosional
Anak akan merasa bahwa sumber keamanannya justru menjadi sumber ancaman. Ini sangat melukai secara psikologis.
- Paparan yang Intens dan Konsisten
Trauma paling dalam biasanya datang dari relasi yang paling sering dan paling dekat. Karena anak hidup setiap hari dengan orangtua, segala bentuk kekerasan, penolakan, atau pengabaian terjadi berulang-ulang dan membentuk luka jangka panjang.
- Ketergantungan Emosional Anak
Anak tidak bisa memproses secara logis seperti orang dewasa. Ketika orangtua melukai, anak cenderung berpikir:
“Aku yang salah. Aku tidak cukup baik.”
Bukan:
“Orangtuaku yang tidak sehat”
Ini bisa melukai harga diri anak seumur hidup.
- Trauma Tidak Selalu Berupa Kekerasan
Banyak orangtua tidak sadar mereka menyebabkan trauma melalui:
- Mengabaikan perasaan anak
- Membanding-bandingkan
- Menekan anak untuk berprestasi
- Tidak pernah memvalidasi emosi
- Memarahi anak yang menangis
Semua ini menciptakan luka batin yang tak terlihat, tapi dalam.
- Trauma Antar-Generasi
Banyak orangtua sendiri adalah korban trauma yang tidak pernah sembuh. Mereka lalu meneruskan pola yang sama pada anak, tanpa sadar. Ini disebut trauma lintas generasi. (sumber: Anie Fegda, Psikolog)