Sekolah Regina Pacis (RP), Bogor, baru saja merayakan HUT ke-70. Wah, sekolah kita bertambah setahun lagi. Tidak lama lagi, sekolah Regina Pacis berusia satu abad. Keren! Kita patut berbangga dengan bertambahnya usia sekolah RP. Usia ini dibangun dari rentetan sejarah panjang sejak masa lalu.
Sekolah Regina Pacis atau biasa disingkat RP didirikan pada 1948 oleh Suster Goede Herder, FMM. Sekolah RP adalah salah satu sekolah yang tertua di lingkup Keuskupan Bogor. Sekolah RP dikelola oleh suster-suster FMM (Fransiskan Misionaris Maria). Sekolah Regina Pacis Bogor berada di tempat yang sangat strategis. Berada di jalur vital Kota Bogor, tepatnya di Jalan Ir. H. Juanda No 2, Bogor. Bersebelahan dengan gedung-gedung pemerintah seperti Pengadilan Negeri, Hotel Salak, Gedung Balaikota, Gedung DPR, Gereja Katedral dan berberapa gedung milik TNI.
Di seberang sekolah RP, pesona Istana Bogor begitu memukau. Dikelilingi area yang luas dengan pepohonan yang rindang membuat istana Bogor terlihat antik dan indah. Hampir seluruh bangunan istana Bogor adalah gedung-gedung tua dengan nilai sejarah yang tak terkira dan dilindungi undang-undang.
Bangunan-bangunan ini adalah peninggalam pemerintahan Belanda saat masa perjuangan kemerdekaan.
Keberadaan sekolah RP lekat dengan perkembangan gereja Katolik awal di Kota Bogor. Pada 1889, berdiri paroki pertama di Buitenzorg (Bogor). Tiga tahun sebelumnya, 1886, Pastor Claessens merintis karya sosial Katolik dalam bentuk panti asuhan, yakni panti asuhan Vincentius. Dan pada 1902, Pastor Claessens juga mengajak beberapa suster Ursulin (OSU) untuk membuka sekolah khusus bagi anak-anak golongan Eropa di Bogor.
Para suster FMM mulai berkarya ketika diberikan wewenang untuk mengelola sebuah panti asuhan dan sekolah kepandaian putri di Bogor. Pada awalnya, panti dan sekolah kepandaian putri ini berada di bawah naungan Yayasan Juegzor. Setelah pimpinan yayasan ini memutuskan pulang ke Belanda, maka secara resmi pada 1932 tarekat FMM bertanggung jawab atas panti asuhan dan sekolah kepandaian putri tersebut.
Pada saat perang dunia kedua meletus, para suster Ursulin (OSU) menyerahkan sekolah khusus ini ke tangan para suster FMM. Para suster FMM sempat mengganti nama sekolah ini pada tahun 1941. Namun kedatangan Jepang membuat sekolah ini tidak dapat menjalankan kegiatan pendidikannya. Kompleks sekolah seluruhnya dijadikan tempat penahanan orang-orang Eropa. Bahkan, beberapa suster FMM yang berasal dari Belanda juga ditahan dan dijebloskan ke penjara. Tetapi, setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, para suster FMM kemudian berhasil kembali ke kompleks sekolah ini.
Tidak hanya fasilitasnya yang lengkap dan metode belajar yang baik, sekolah Regina Pacis juga merupakan sekolah yang membangkitkan semangat warga di kota Bogor. Sekolah ini pun menjadi sekolah terfavorit di kota Bogor. Perjalanan panjang dengan banyak perjuangan memperkokoh berdirinya sekolah Regina Pacis hingga kini. Ia telah menorehkan dan menjadi bagian sejarah perjalanan kota Bogor. (Oleh Vanessa, Ratih, Belinda)
Sumber: Newsletter Edisi 04, Oktober 2018