Para Guru TK, SD, SMP dan SMA Regina Pacis Bogor mengikuti kegiatan seminar dengan tema pembelajaran reflektif transformatif berbasis paradigma pedagogi ignasian di Aula SMA Regina Pacis Bogor (9/3). Tema ini menarik karena mengajak peserta didik merefleksikan mata pelajaran pada kehidupan melalui para guru yang dituntut kreatif. Para Guru juga diharapkan mampu mengajak peserta didik berefleksi pada tiap mata pelajaran untuk menjadi pribadi yang unggul, berkualitas dan berkarakter dalam masyarakat. Hal ini sebagai bentuk sumbangan para guru Regina Pacis kepada bangsa dan negara.
Seminar ini dibawakan oleh Romo Drs.Eduard Calistus Ratu Dopo, SJ, M.Ed. selaku narasumber dan fasilitator. Beliau merupakan guru SMA Kanisius Jakarta. Seminar ini dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama dimulai pada pukul 08.00 WIB dan sesi kedua yang dimulai pada pukul 10.45 WIB. Rangkaian seminar diawali dengan pembukaan oleh MC dari Sekolah Regina Pacis Bogor, Ibu Lilis dan Ibu Marina. Selanjutnya seminar dibuka dengan sambutan dari Sr Christina Sri Murni, FMM selaku Ketua Yayasan Regina Pacis FMM Bogor.
Sesi pertama membahas mengenai inti acara yang dibawakan oleh Romo Edu. Menurutnya, “Tujuan pembelajaran harus dilandasi dengan efisiensi, reflektif, dan kreatif, agar goal yang ingin dicapai tidak absurd (unreasonable) dan tidak buang-buang waktu.” Beliau juga memaparkan definisi transformatif, yaitu mengubah dunia yang lebih baik dengan sarana yang ada dengan daya juang dan semangat untuk mencapai tujuannya. Tujuan yang dimaksud meliputi proses pembelajaran dan penilaian. Dia juga menambahkan, “Hanya manusia yang mampu berefleksi yang menghasilkan inovasi.”
Dalam sesi tanya jawab, para guru juga berpendapat apabila kreativitas dibutuhkan sebagai nilai refleksi yang diterapkan. Poin yang kedua adalah kemampuan menggunakan gadget. Poin yang ketiga adalah bahwa jangan sampai orang hanya mengerti cara tetapi tidak mengerti tujuan. Pendapat lain juga diutarakan oleh Ibu Margaretha Christian Apul dari unit TK bahwa peserta didik TK belum bisa merefleksi tanpa pengalaman secara langsung.
Setelah istirahat selama 15 menit, seminar kemudian dilanjutkan sesi kedua dengan pemaparan refleksi sebagai sokoguru untuk bersaing sebagai penemu yang merupakan penemuan bersama.
Kesimpulan dari kegiatan seminar ini adalah konsep refleksi pedagogik reflective dan transformative learning, yang memasukkan nilai-nilai religius dalam pembelajaran. Maka dalam refleksi jangan membawa kegiatan refleksi konsep yang menjadi konektor yang tidak dapat ditemukan, sehingga kita tidak dapat menemukan apa yang dinamakan kehidupan. Misalnya, saya mau menemukan konsep dari peristiwa Semanggi, yang ingin saya ajarkan adalah nilai keadilan, demokrasi, dan hak asasi manusia.
Sebagai penutup acara, para peserta diminta oleh Romo Edu sebagai narasumber untuk memaparkan kata kunci yang berkesan dan bermakna dari materi seminar yang telah dipaparkan dari awal hingga akhir. Akhirnya Sr Christina Sri Murni, FMM menutup acara ini dengan harapan agar para Guru dengan acara seminar ini dapat menambah wawasan dan hasil positif yang berkelanjutan untuk ke depannya. (ark)